Pengamat: Prabowo Menurunkan Derajat Kenegarawanannya - Sikap politik yang diambil calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto
yang menarik diri dari proses pemilihan presiden 2014 menuai kritikan
banyak pihak. Langkah tersebut bahkan dinilai menurunkan citranya
sebagai seoarang negarawan.
“Prabowo menurunkan derajatnya dari kenegarawanan jadi derajat
politisi,” ujar pengamat politik Ikrar Nusa Bakti, di Jakarta, Rabu
(23/7).
Tudingan Prabowo, mereka kalah karena terjadi kecurangan yang masif
dan struktural dinilai sangat tidak beralasan. Ikrar mengatakan,
kecurangan yang diungkapkan Prabowo sulit dilakukan kubu Jokowi-JK.
“Kalau ada kecurangan masif di 5 ribu TPS, apakah partai yang
kebetulan tidak ada kekuasaan mampu melakukan kecurangan masif,
tersistematis dan terstruktur? Yang bisa itu incumbent atau penguasa,
itu teoritisnya,” jelas dia.
Kalaupun terjadi kecurangan, lanjut Ikrar, saksi yang hadir di tempat
pemungutan suara (TPS) 9 Juli lalu mestinya sudah memberikan penjelasan
dan laporan. “Kalau benar terjadi 5 ribu TPS, ketika saksi pihak nomor 1
apakah mereka isi juga kecurangan tersebut,” ungkapnya.
Dia menambahkan, dari hasil pengamatannya, Prabowo hampir 10 kali
menyatakan siap kalah dan siap menang, sementara Jokowi hanya sekali
saja. “Harusnya Prabowo bisa terima kekalahannya kalau dilihat dari
kuantitas ia bicara demikian,” cibirnya.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Komarudin Hidayat mengatakan,
terlepas dari cibiran atas sikap Prabowo, ada hikmah yang dapat
dipetik. Mantan Danjen Kopassus itu dinilai telah memberikan sumbangsih
pada proses pendewasaan demokrasi.
“Apapun analisisnya, dia telah sumbang proses pendewasaan demokrasi.
Dengan menghadapi turbulance, maka kita akan lebih berkembang. Saya
harap pemenang laksanakan mandat dan Prabowo pelajaran berharga bagi
pendewasaan demokrasi,” kata Komarudin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar